Imaji Karat Gerbong Kereta Api Usang dalam Karya Foto Ryan LH

Ryan LH berpose di salah satu jendela gerbiong kereta api usang di gudang kereta api bekas di Puwakarta, Jawa Barat. (FOTO: Dok. Artventure)

PRESKON.ID – Ryan Luqman Hakim, fotografer lulusan Institut Seni Indonesia Yogyakarta, menggelar pameran tunggal fotografi berjudul Reflectry So Far So Good di Galeri Cemara Jakarta, 19 Mei – 3 Juni 2024.

Dalam pameran tunggal keduanya di bawah koordinasi bisnis barunya yakni Artventure, Ryan LH memajang 50 karya foto karat gerbong kereta api yang telah usang di gudang kereta api bekas di Purwakarta, Jawa Barat. Dalam mengerjakan proyek ini, Ryan menggunakan kamera handphone.

Dihadapan ratusan undangan, termasuk para fotografer profesional seperti Risman Marah, Don Hasman, Arbain Rambey, Darwis Triadi, Dion Momongan dan lain-lain, Ryan mengaku dirinya hanya memiliki waktu kurang dari sehari saat memotret foto-foto yang dipajang di pameran kali ini.

“Saya minta ijin dari Humas PT KAI untuk memotret dalam waktu tak kurang dari sehari. Sebetulnya dari segi waktu tidak cukup mengumpulkan foto untuk dijadikan pameran. Tapi  saya tak dapat restu lagi, ketika mengajukan ijin kedua,” kata Ryan, di acara pembukaan pameran.

Karya foto Ryan LH berjudul “Life is A Journey”

Pameran foto Reflectry So Far So Good ini sekaligus menandai hari ulah tahun Ryan ke 50. Dalam karya-karyanya seakan terlihat sebagai hasil pemikiran mendalam tentang waktu, kondisi serta keberadaan dirinya untuk seni dan kehidupan.

“Karat seperti menjadi ilustrasi tentang perjalanan usia saya yang tahun ini memasuki angka 50 tahun. Sudah masuk usia karatan,” ucap Ryan sambil tertawa.

Ragam tekstur karat berlapis warna-warni, dan memperlihatkan beragam imaji di mata yang melihatnya. Berkesan agak misterius, unik dan juga tidak umum.

“Warna-warni di tengah karat yang muncul pada foto itu adalah warna asli yang ada pada badan kereta api. Mungkin sebelumnya memang sudah berkali-kali berganti cat. Sehingga ketika mengelupas, warna yang pernah menempel jadi terlihat. Ada kuning, biru, merah dan sebagainya,” ungkap seniman foto yang juga pernah belajar desain grafis di VISI Art & Design School, Yogyakarta itu.

Kurator pameran Ismet  Zainal Effendi menambahkan jika dalam pameran ini, Ryan bukan sekadar asal memajang foto tentang karat yang memacing beragam imaji. Lebih dari itu, Ryan juga menyajikan sebuah karya instalasi dan interaktif yang kekinian.

Karya instalasi Ryan LH berupa kepala bemo yang sudah berkarat dan terlilit rerumputan yang didisplay dengan pecahan cermin serta foto mata. (FOTO: Dok. Artventure)

Pada karya instalasi, Ryan menghadirkan kepala bemo berkarat yang terlilit rerumputan yang didisplay dengan pecahan cermin serta foto mata. Sebuah suguhan artistik yang menarik bagi pengunjung.

Kemudian pada karya interaktif USWUT Challenge (U See What You Think), Ryan melibatkan audiens untuk memberi respon pada karyanya dalam wilayah interpretasi pada satu konteks tertentu. Audiens diajak merespon karya interaktif ini dengan memberikan interpretasi personal.

Setiap pengunjung dapat menjadi peserta dengan memilih bola yang tersedia dalam sebuah bowl. Di dalam bola tersebut terdapat secarik kertas bertuliskan salah satu dari 99 sifat Allah SWT, seperti  Al Awwal, Al Muhyi, Al Hayyu dan lain-lain.

Setelah membaca tulisan dalam bola, peserta dipersilahkan mencocokan kata yang tertulis dengan salah satu foto dari 18 foto yang  tersaji. Foto yang dianggap cocok dengan tulisan tersebut kemudkan di posting di akun instagram dan di tag ke akun instagram @reflectry_, @puka_id, @art.ven.tour.

“Bagi 99 peserta pertama yang mengikuti challenge ini mendapat souvenir kreatif dari Reflectry x Puka,” ujar ayah tiga orang anak ini.

Para fotografer profesional seperti Risman Marah, Don Hasman, Arbain Rambey, Darwis Triadi, Dion Momongan dan lain-lain, saat sesi foto bersama di acara pembukaan pameran tunggal fotografi Ryan LH. (FOTO: Dok. Artventure)

Sementara Risman Marah, fotografer profesional sekaligus dosen senior di Jurusan Fotografi, Fakultas Seni Media Rekam, Institut Seni Indonesia, Yogyakarta, meyebut ada lompatan inovasi dari karya Ryan yang sekarang dibanding karya pameran tunggal Ryan sebelumnya yang bertajuk Colory.

“Cuma kalau Ryan nanti mau pameran ke Yogyakarta, dia harus berani membuat  karya yang baru,” ujar Risman yang juga menjadi penasihat ahli dalam proyek pameran ini. (esef)